Tuesday, December 30, 2008

FILEM : "Sang Murabbi"-mencari spirit yang hilang...


Alhamdulilah saya telah berkesempatan untuk menonton filem terbitan Majelis Budaya Rakyat, dari Indonesia yang menceritakan tentang seorang Syaikhut Tarbiyah Ustadz Rahmat Abdullah..yang berjudul "Sang Murabbi" - "mencari spirit yang hilang”..


Filem ini adalah lain dari yang lain dimana kita lihat bermacam jenis filem yang banyak diisi oleh mistik, tahayul, khurafat, hedonisme dan pendedahan aurat tentunya…

Filem ini sendiri berkisah tentang perjalanan dakwah Ustadz Rahmat Abdullah. Bermula dari persepsi positif Ustadz Rahmat muda tentang profesion guru, yang merupakan cita-citanya ketika di bangku sekolah. Setiap kali apabila ditanya, apa cita-citanya, ia akan menjawab dengan mantap: menjadi guru!

Saya memetik sebuah tulisan sebuah blog berkenaan beliau..

“......Ustadz Rahmat memang berada di jenjang tertinggi partai, serta terpilih pula sebagai wakil rakyat di DPR pusat. Namun, ia kerap dipergoki sedang menyetop bus kota untuk mendatangi sebuah undangan. Ia kerap terlihat jalan kaki untuk jarak yang cukup jauh. Tak ada yang berubah, karena ia sadar betul bahwa langkah itulah yang dimulainya dulu sebagai permulaan di jalan dakwah.Hingga akhirnya, di sebuah hari yang sibuk dan berat, Ustadz Rahmat merasakan tanda-tanda kesehatannya terganggu. Namun, rasa tanggung jawabnya yang besar terhadap amanah dakwah, membuat ia tak begitu mempedulikan tanda-tanda itu.
Ia masih terlibat dalam sebuah syuro penting. Lalu, saat adzan berkumandang dan ia beranjak untuk memenuhi panggilan suci itu, ia berjalan ke tempat wudhu. Saat berwudhu, tanda-tanda itu makin kuat, menelikung pembuluh darah di bagian lehernya. Ia coba untuk menyempurnakan wudhunya, tapi rasa sakit yang merejam-rejam kepalanya membuatnya limbung. Disaksikan oleh Ustadz Mahfudzi, salah seorang muridnya, Ustadz Rahmat nyaris terjatuh. Ustadz Mahfudzi cepat memapahnya, lalu mencoba menyelamatkan situasi. Tetapi Alloh lebih sayang kepada Ustadz Rahmat Abdullah. Innalillahi wa innailaihi raaji’uun…Syaikhut Tarbiyah itu meninggalkan kita dengan senyum yang amat tulus…hujan air mata dari seluruh pelosok tempat mengiringi kepulangan beliau.

Subhanallah…banyak ibroh yang bisa dipetik dari perjalanan dakwah sang guru hingga akhir hayatnya..kata-kata sederhana tapi sarat makna,berikut petikan dialog pada salah satu adegan:
Seorang ikhwah:
Ustadz, gimana nih? Teman-teman udah pada kendor semangatnya. Kalau kita ketemu nggak pernah ngomongin pengajian lagi. Yang diomongin soalekonomi… politik… Gimana dong, tadz?!
Ustadz Rahmat :
Akhi, antum mesti sabar dan ikhlas. Antum tahu monyet?

ikhwah:
Ya, tahu Ustadz. Tapi bukan ane kan monyetnya?

Ustadz Rahmat :

(Tersenyum) Ada cerita, seekor monyet nangkring di pucuk pohon kelapa. Dia nggak sadar lagi diintip sama tiga angin gede. Angin Topan, Tornado sama Bahorok. Tiga angin itu rupanya pada ngomongin, siapa yang bisa paling cepet jatuhin si monyet dari pohon kelapa.

Angin Topan bilang, dia cuma perlu waktu 45 detik. Angin Tornado nggak mau kalah, 30 detik. Angin Bahorok senyum ngeledek, 15 detik juga jatuh tuh monyet. Akhirnya satu persatu ketiga angin itu maju. Angin Topan duluan, dia tiup sekenceng-kencengny a, Wuuusss…. Merasa ada angin gede datang, si monyet langsung megang batang pohon kelapa. Dia pegang sekuat-kuatmya. Beberapa menit lewat, nggak jatuh-jatuh tuh monyet. Angin Topan pun nyerah. Giliran Angin Tornado. Wuuusss… Wuuusss… Dia tiup sekenceng-kencengnya. Ngga jatuh juga tuh monyet. Angin Tornado nyerah. Terakhir, angin Bahorok. Lebih kenceng lagi dia tiup. Wuuuss… Wuuuss… Wuuuss… Si monyet malah makin kenceng pegangannya. Nggak jatuh-jatuh. Ketiga angin gede itu akhirnya ngakuin, si monyet memang jagoan. Tangguh. Daya tahannya luar biasa.Ngga lama, datang angin Sepoi-Sepoi. Dia bilang mau ikutan jatuhin si monyet. Diketawain sama tiga angin itu. Yang gede aja nggak bisa, apalagi yang kecil. Nggak banyak omong, angin Sepoi-Sepoi langsung niup ubun-ubun si monyet. Psssss… Enak banget. Adem… Seger…

Riyep-riyep matanya si monyet. Nggak lama ketiduran dia. Lepas pegangannya. Jatuh tuh si monyet.

Nah, akhi. Tantangan dakwah seperti itu. Diuji dengan kesusahan…Dicoba dengan penderitaan. .. Insya Alloh, kita kuat. Tapi jika diuji oleh Alloh dengan kenikmatan, ini yang kita mesti hati-hati. Antum mesti sabar… ikhlas…
Ingetin terus temen-temen antum,
jangan seperti monyet…;-) ...”

Sebuah filem yang baik untuk tontonan semua....
[ Trailer ]

"Merendahlah, engkau kan seperti bintang-gemintang
Berkilau di pandang orang
Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi
Janganlah seperti asap yang mengangkat diri tinggi di langit
Padahal dirinya rendah-hina."
(Ust. Rahmat Abdullah)

0 comments: